Jumat, 04 Oktober 2013

Coklat di Malam Jumat

Sonia, gadis berusia 17 tahun yang hidup serba berkecukupan. Dia merupakan putri tunggal dari seorang pengusaha sukses. Ayahnya adalah pemilik Angin-angin Group, sebuah perusahaan besar yang bergerak dalam bidang kontraktor dan memiliki berbagai cabang di berbagai kota besar di Indonesia. Sonia tinggal di sebuah perumahan elite ditemani kedua pembantu dan seorang satpam. Kesibukan Ayahnya membuat Sonia kesepian. Ibunya sudah lebih dari lima tahun yang lalu meninggal. Gadis yang terkenal pendiam ini tidak pernah tahu bagaimana hidup yang prihatin seperti orang yang berada dibawahnya. Bahkan, tak banyak waktu untuk Sonia bisa bersama Ayahnya. Ia sering ditinggal untuk urusan kerja di luar kota, Ia tak pernah tahu bagaimana rasanya dikecup keningnya,

Saat ayahnya sedang di rumah, Sonia selalu menyempatkan diri untuk berbagi cerita. Digenggamlah tangan Ayahnya ketika mereka sedang terlihat menikmati keremangan cahaya bulan yang bersembunyi di balik rindangnya pohon cemara. Digenggam tangan itu dengan hangat.
Ayahnya tersenyum dan bertanya, “sudahkah kamu makan, Nak?”.
Pertanyaan sesederhana ini membuat Sonia menyimpan sebuah harapan. Harapan kalau Ayahnya akan mengajaknya makan malam diluar. Karena bagi Sonia makan bersama ayahnya merupakan hal yang cukup langka dalam hidupnya. Namun, ternyata harapan itu seketika pupus ketika sebuah kalimat terlontar, “Ya sudah makan dulu sana nanti kamu sakit !.”

Tanpa tahu bahwa jawaban itu membuat hati Sonia sakit. Ia sedih. Tanpa mengiyakan perintah ayahnya, ia pun langsung masuk dan meninggalkan ayahnya. Sonia menangis di kamar. Sambil memeluk guling, ia pun menangis tersedu. Bertanya pada sebuah boneka yang ia anggap boneka itulah teman setianya di rumah. Apakah dirinya tak pernah penting dimata ayahnya. Apakah ayahnya tak pernah menyimpan sayang untuk seorang anak gadis tunggalnya itu?  Kenapa ia tak pernah membagi waktunya untuk anaknya?. Sonia kesal sekali. Ia berniat ingin kabur dari rumah tetapi, ia ingat bahwa malam itu adalah malam Jumat. Sonia takut.
Akhirnya, ia memutuskan tak jadi pergi dan berusaha menghibur dirinya sendiri dengan menonton film lucu sambil makan coklat. Satu per satu coklat pun habis dimakannya. Hamper lima bungkus coklat ia habiskan dalam sekejap. Berharap ia akan sakit gigi supaya ayahnya lebih peduli. Namun, naas sekali Sonia malam itu. Bukannya sakit gigi yang ia dapatkan tetapi malah sakit perut. Ia terkapar kesakitan. Mulutnya mengeluarkan darah. Sonia keracunan. Ia menangis, tak mampu untuk berteriak. Film yang ia setel begitu kencang dari kamar atas sehingga orang rumah akan menyangka dirinya baik-baik saja. Sungguh tak disangka, Sonia memakan coklat yang telah kadaluarsa. Ia hanya mampu memandang bungkus coklat dan seketika matanya telah gelap terpejam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar