Jika saja ada jalan lain yang jauh lebih baik ketimbang
harus adu jotos dan melelehkan air mata karena pertikaian yang terjadi antara
petugas dan pedagang kaki lima (PKL) karena lahan yang harus ditertibkan. Negeri
ini telah lama menjadi bulan-bulanan arus modernitas yang begitu kuat
menggempur paksa “orang kecil” yang hanya mampu seadanya berusaha dengan
keterbatasan tetap menjamur serta hidup dalam pola mereka sendiri.
Sudah selayaknya-lah pemerintah “menyerah” dan mengabdi
kepada rakyat dengan sepenuh hati yang penuh rasa cinta kepada rakyatnya. Karena
bagaimanapun mereka adalah salah satu motor penggerak roda ekonomi melalui
usaha kecil yang mereka jalani setiap hari eh
kok malah digusur dan dibikin
makin sulit. Yang saya bayangkan kotak rokok itu adalah asset yang sangat
berharga bagi kehidupan mereka yang sedang berjuang bertahan di tengah arus
deras pertumbuhan metropolis yang tunggang langgang serba cepat dan panik.
Jalanan
memang sering tertimbun kemacetan karena harus berbagi dengan para PKL. Jalanan
ini adalah salah satu area yang dianggap paling strategis karena tempat banyak
orang berlalu lalang. Disanalah sering terjadi penyumbatan arus kendaraan
karena banyak yang berhenti untuk membeli sesuatu. Tapi, itulah kota Jakarta,
sebuah kota yang terus berjalan hingga hari ini tanpa tata ruang kota yang
benar-benar matang, terukur dan terencana. Semua serba tumpang tindih dari
gagasan-gagasan spontan. (evy)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar