Minggu, 13 Oktober 2013

Arus Modernitas Menindas PKL

Jika saja ada jalan lain yang jauh lebih baik ketimbang harus adu jotos dan melelehkan air mata karena pertikaian yang terjadi antara petugas dan pedagang kaki lima (PKL) karena lahan yang harus ditertibkan. Negeri ini telah lama menjadi bulan-bulanan arus modernitas yang begitu kuat menggempur paksa “orang kecil” yang hanya mampu seadanya berusaha dengan keterbatasan tetap menjamur serta hidup dalam pola mereka sendiri.
Sudah selayaknya-lah pemerintah “menyerah” dan mengabdi kepada rakyat dengan sepenuh hati yang penuh rasa cinta kepada rakyatnya. Karena bagaimanapun mereka adalah salah satu motor penggerak roda ekonomi melalui usaha kecil yang mereka jalani setiap hari eh kok malah digusur dan dibikin makin sulit. Yang saya bayangkan kotak rokok itu adalah asset yang sangat berharga bagi kehidupan mereka yang sedang berjuang bertahan di tengah arus deras pertumbuhan metropolis yang tunggang langgang serba cepat dan panik.
                Jalanan memang sering tertimbun kemacetan karena harus berbagi dengan para PKL. Jalanan ini adalah salah satu area yang dianggap paling strategis karena tempat banyak orang berlalu lalang. Disanalah sering terjadi penyumbatan arus kendaraan karena banyak yang berhenti untuk membeli sesuatu. Tapi, itulah kota Jakarta, sebuah kota yang terus berjalan hingga hari ini tanpa tata ruang kota yang benar-benar matang, terukur dan terencana. Semua serba tumpang tindih dari gagasan-gagasan spontan. (evy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar