Selasa, 25 Juni 2013

Rinai "Sakura" Penyejuk Metropolitan



Panasnya kota Metropolitan Jakarta seringkali membakar tubuh kita. Seakan-akan Indonesia hanya mewarisi musim panas. Jika kita tengok ke negara lain seperti Jepang, Hongkong, China, tentunya sangat ingin sekali menikmati lembutnya salju, dingin dan segarnya air di negara itu. Namun, apakah karena ingin menikmati kesejukan serta kesegaran negara sakura kita harus kesana? atau bahkan untuk orang sibuk sekalipun semua itu hanya impian belaka?

"San Ei Sakura Shower" produk asli Jepang yang akan menjawab semua keinginan kita. Dirancang dengan keindahan dan kualitas yang sangat prima sehingga produk ini penuh dengan fungsi. Terinspirasi dari bunga sakura yang memiliki keindahan dan keunikan tersendiri maka, San Ei merancang dengan sungguh-sungguh produk shower mandi yang diberi nama "Sakura Shower". 

dengan mengusung konsep hemat air sehingga sangat cocok digunakan bagi orang-orang perkotaan mengingat sering kekurangan air dan biaya air mahal. Produk "Sakura Shower" yang dilahirkan dari San Ei ini merupakan produk yang berkualitas dengan harga terjangkau. Berat shower 105 gram sehingga dapat terbayangkan betapa ringannya produk Sakura Shower ini. Lubang shower yang merata serta bulatan yang lebar akan memberikan pancuran air yang deras dan merata. Kepuasan akan langsung terasa ketika menggunakan Sakura Shower sebagai alat mandi sehari-hari. Kesegaran air yang mengalir membuat kita serasa mandi di negeri sakura Jepang. Bayangkan bagaimana rasanya setiap hari kita mandi di negeri sakura, padahal kita sedang di perkotaan yang panas hingga membuat penat. Sunggug sangat menyejukan bukan?.

produk "Sakura shower" dari san Ei bisa kita dapatkan di toko bangunan terdekat. Mudah didapat dan tentunya sangat terjangkau. (evy/DS)

Rabu, 12 Juni 2013

PAKUAN ECONOMIC FAIR, MAGNET BAGI CALON ENTERPRENEUR MUDA

Bogor - Pakuan Economic Fair yang digelar pada Sabtu (8/6) merupakan acara tahunan keluarga Fakultas Ekonomi, Universitas Pakuan (Unpak) Bogor. Salah satu acara tahunan yang sayang untuk dilewatkan. Bagaimana tidak, acara yang sebelumnya bernama Pekan Ilmiah Manajemen ini tidak tanggung-tanggung dalam menghadirkan para pembic
Kanan ke kiri, Sandiaga Uno, Hari Darmawan, Tanri Abeng
ara untuk mengisi seminar yang menjadi puncak dalam acara ini.
Dihadiri para entrepreneur yang sangat kompeten dan ternama untuk berbagi wawasan serta diharapkan mampu memotivasi para mahasiswa yang hadir dalam seminar yang diadakan di Ruang B.1.1 Gedung Ekonomi Unpak. Mereka adalah Tanri Abeng yang pernah menjabat sebagai Komisaris Utama PT Telkom Indonesia, Hari Darmawan sebagai pendiri ritel raksasa Matahari Group, dan yang termuda Sandiaga Salahuddin Uno yang tak lain adalah pendiri perusahaan keuangan PT Saratoga Advisor. Tokoh-tokoh kompeten tersebut tentunya seolah menjadi magnet tersendiri yang dapat menarik perhatian para Mahasiswa untuk datang pada acara seminar tersebut.
Antusiasme para mahasiswa sangat terlihat ketika acara tersebut diselenggarakan. “Antusiasmenya alhamdulillah banyak sekali, ada sekitar 300 peserta tapi, kadang ada yang nambah sampai 310. Itupun masih banyak yang kita tolak karna kapasitas hanya 350 peserta. Jadi 310 peserta dan 40 adalah tamu undangan”, ujar Tursina Maulida, Ketua Pelaksana Pakuan Economic Fair.
Acara tersebut diawali dengan sambutan ketua pelaksana yang kemudian dilanjutkan oleh sambutan sekaligus pembukaan acara yang dilakukan oleh Dr. H. Bibin Rubini, M. Pd. selaku Rektor Unpak. Setelah Rektor membuka kegiatan seminar, para pembicara seolah telah sangat siap untuk berbagi segudang pengalaman dan ilmu yang mereka miliki.
Sesuai dengan tema seminar yaitu Peran Generasi Muda Dalam Kemajuan Bangsa, para pembicara yang hadir pun memberikan materi yang terkait dengan tema tersebut. Tak hanya itu, mereka pun membuka kesempatan kepada para peserta yang hadir untuk bertanya seputar hal yang berkaitan dengan dunia enterpreneur. Tak heran, pada saat proses itu berlangsung mereka terlihat memperebutkan kesempatan untuk bertanya dan berdialog dengan tokoh-tokoh ahli enterpreneur tersebut.
Mengingat antusiasme para peserta yang cukup tinggi, Tursina berharap acara ini dapat membuka wawasan peserta yang hadir dalam seminar ini. “Kita berharap para peserta dapat terbuka wawasannya, menambah pengetahuan, dan menambah semangat para generasi muda dalam memajukan bangsa ini terutama dalam bidang perekonomian”, tutur salah satu mahasiswa jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Unpak.
Peran para tokoh-tokoh enterpreneur kompeten dalam mengisi seminar tersebut memang memberi kesan dan dampak tersendiri bagi para pesertanya, terutama dalam memberi inspirasi dan motivasi melalui pengalaman-pengalaman yang mereka miliki. Hal tersebut diungkapkan Nurlela, salah satu peserta yang hadir dalam seminar tersebut, “Bikin motivasi yang pasti, soalnya ini kan acara yang berhubungan sama dunia enterpreneur, jadi memotivasi kita untuk menjadi yang lebih baik lagi dalam dunia tersebut. Yang telah kita lihat, pelajari dan dengar  saya harap bisa direalisasikan dalam kehidupan kita nantinya”, harap mahasiswa semester empat jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi tersebut ketika ditemui seusai acara.
Seperti telah diketahui sebelumnya, Pakuan Economic Fair adalah acara tahunan yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan. Sebelum acara seminar yang merupakan acara puncak, telah diadakan olimpiade ekonomi dan lomba karya tulis  ilmiah yang diikuti oleh para mahasiswa Fakultas Ekonomi. Mengingat acara ini memiliki banyak bermanfaat dan bersifat positif, sehingga sangatlah sayang jika acara ini dilewatkan. (evy/rtsa-3)



Selasa, 11 Juni 2013

Ragam Selada Sangat Menyehatkan

Selada merupakan dedaunan yang sangat cocok untuk dijadikan komponen sajian sehat ini, antara lain:

Ragam Selada  Femina 
Endive
Ada dua jenis. Jenis pertama adalah belgian endive, berwarna putih kekuningan dengan warna kuning di ujung luarnya. Teksturnya renyah dan cita rasanya agak pahit. Ketika dimasukkan ke dalam salad, hampir selalu dicincang kasar agar tidak mendominasi cita rasa salad. Jenis kedua, red endive. Merupakan varian baru yang berasal dari Prancis. Daunnya berwarna merah di bagian ujungnya. Cita rasanya justru cenderung manis. Di dapur Eropa, endive biasa dimasak dengan kaldu terlebih dahulu untuk mengurangi rasa pahitnya.

Arugula
Dikenal juga dengan sebutan daun rocket. Bentuk daunnya bergerigi dan berwarna hijau gelap. Memiliki cita rasa yang sedikit pedas dengan sentuhan merica. Ideal ditambahkan ke dalam kombinasi sayuran kala membuat salad.

Baby spinach

Kerap ditemukan di pasaran dengan label bayam impor. Daunnya berbentuk bulat dan berukuran kecil. Dipilih daun yang masih muda karena teksturnya lembut dan cita rasanya cenderung manis. Cocok disajikan dengan salad yang berisi telur, tomat, dan lentil.

Red chard
Merupakan daun dari tanaman bit. Memiliki daun berukuran kecil dengan tangkai dan urat daun yang berwarna kemerahan. Didapat dari bit yang masih muda. Cita rasanya sedikit pedas, namun ketika mulai layu berubah menjadi manis.

Cress
Versi lokalnya dikenal sebagai selada air. Karakteristik daunnya berbentuk kecil dengan batang yang keras. Bagian daunnya biasa dipetiki ketika digunakan untuk campuran salad. Karena tumbuh pada lahan tanah yang berpasir, pastikan mencucinya hingga bersih sebelum dikonsumsi.

Alfalfa
Biasa digunakan ketika masih berbentuk kecambah. Tampilannya seperti serabut. Biasa dikemas  dalam kotak plastik  bersama dengan media tanamnya. Menjadi bahan tambahan pada salad. Cita rasanya netral dengan tekstur yang lembut. (evy/rtsa-3)

Alexandra Asmasoebrata Menggilai Olahraga Lari, Gym dan Tinju

Alexandra Asmasoebrata, di kawasan Cikajang Jakarta Selatan, Senin (10/6) sore. 

Jakarta - Berbagai cara dilakukan oleh setiap orang untuk mendapatkan kondisi fisik atau stamina prima, meskipun dirinya seorang pembalap wanita Indonesia, Alexandra Asmasoebrata. Pasalnya, selain hobi atau pekerjaan utamanya sebagai pembalap mobil, dia ternyata juga suka berolahraga lari, gym dan tinju.
Perempuan yang sering disapa Andra ini, dia mengaku olah raga sudah menjadi bagian aktifitas keseharian, lantaran untuk memperkuat kondisi fisik dan memperkuat otot tangan serta melatih pernafasan hingga kebugaran karena kurun waktu dekat ini dirinya akan berlomba di lintas balap ajang Asian Formula Renault (AFR) 2013  seri 5 dan 6 di Zhuhai Internasional Circuit, China 14 hingga 16 Juni 2013 mendatang.
Andra mengatakan olah raga yang tengah dilakukan itu bertujuan untuk persiapan lomba balap terbilang minim, karena dirinya tidak bisa latihan mengendarakan balap mobil di Indonesia. Dia hanya menboca  mobil balapnya, saat perlombaan di race pertama AFR pada akhir Maret lalu.
Untuk mendapatkan latihan serta adaptasi dengan mobil balapnya, Andra punya strategi supaya bisa kenal lebih jauh tentang mesin mobil serta lintasan balapannya. "Saya akan datang lebih awal, disana rencana delapan hari, namun dikasih latihan tiga hari," pungkasnya. (evy/rtsa-2)

Ashanty Sudah Ikhlas Keguguran Anak Pertama



Jakarta - Awalnya sulit bagi Ashanty harus menerima kenyataan jika ia mengalami keguguran untuk kehamilan yang pertamanya. Namun, seiring waktu berjalan, kini Ashanty pun telah mengikhlaskan peristiwa yang memilukan tersebut.

"Aku nggak mau mikirin itu. Aku ikhasin saja. Sekarang harus semangat lagi," kata Ashanty di  studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa (11/6) pagi.

Ashanty juga mengaku kini sedang sibuk mempromokan lagu terbaru miliknya yang berjudul Mengapa Oh Mengapa. Namun, ia sedikit mengurangi kepadatan jadwal menyanyinya. Sebab ia khawatir akan mengalami keguguran lagi.

"Sekarang sudah sehat, sudah mendingan. Aku sudah enggak ngerasain apa-apa lagi (sakitnya). Aku nggak mau yang capek-capek lagi ah," tukasnya. (evy/rtsa-2)

Warga Ilmu Komunikasi Unpak Tersenyum Bangga, Tabloid Beranda Pers Sukses Di-Launching

Bogor - 
Satu lagi karya dari mahasiswa program Ilmu Komunikasi Universitas Pakuan (UNPAK) Bogor yang begitu dahsyat dan mampu membuat orang bangga dan terkagum-kagum. Karena sebuah bukti nyata yang telah lama kita nantikan akhirnya berhasil diterbitkan dan di launching pada Sabtu (28/4) di Gedung Fakultas Sastra UNPAK.
Perayaan ini dihadiri oleh Pembantu Dekan III Fakultas Sastra Bapak Drs.Sasongko S.Putro, Kepala Program Studi (Kaprodi) Ilmu Komunikasi Bapak Muslim,M.Si., Pembina Beranda Pers Ibu Ratih Siti Aminah, Ketua BLM-BEM Unpak, Ketua HIMNI, HIMSI, HIMJA, HIMSINA, serta Ketua Club-club yang ada di Ilmu Komunikasi serta beberapa anggotanya.
Berbagai acara, mulai dari pemotongan tumpeng, penyerahan Tabloid Beranda Pers secara simbolik hingga beberapa acara lainnya telah memberikan warna-warni dan kesan tersendiri khususnya bagi warga Ilmu Komunikasi.
Pembantu Dekan III Bagian Kemahasiswaan Fakultas sastra, Bapak Drs.Sasongko S.Putro sangat bangga  terhadap apa yang telah diberikan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi.
"Ini merupakan sebuah prestasi yang patut diacungi jempol. Semangat dan kekompakan para redaksional Beranda Pers dalam memberikan sebuah wadah inspirasi kini telah terwujud. Selamat untuk Beranda Pers," ungkapnya saat dikonfirmasi oleh Beranda Pers seusai memberikan sambutan.
Hal senada diungkapkan oleh Kaprodi Ilmu Komunikasi Bapak Muslim, M.Si.,  "Oh my God, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pakuan benar-benar dahsyat. Selamat untuk Beranda Pers dan saya sangat senang sekali karena ini benar-benar super," tambahnya.
Acara sederhana namun sangat memukau para tamu undangan. Semoga beranda Pers terus maju dan tetap semangat dalam menuangkan segala karyanya untuk edisi Tabloid Beranda Pers seterusnya. Ini merupakan secuil bukti bahwa mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pakuan adalah pemuda harapan bangsa yang memang benar ditunggu oleh Indonesia dalam memperbaiki wajah Indonesia dalam persaingan global dunia Internasional. evy vee azura

SEJARAH BERANDA PERS



Beranda Pers adalah sebuah nama majalah kampus milik Universitas Pakuan (Unpak) Bogor. Asal muasal majalah ini sebenarnya berasal dari tekad seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi yaitu Ikbal Mustafa Rambe yang ingin membentuk wahana jurnalis di kampus Unpak.

Untuk memenuhi keinginannya, Rambe, sapaan akrabnya mengungkapkan idenya ini kepada Kaprodi Ilmu Komunikasi, Pak Muslim, M.Si., yang ternyata beliau sangat setuju dengan ide yang dipendam oleh Rambe selama ini, mengingat Unpak belum memiliki majalah kampus.

“Beranda sendiri saya buat karena termotivasi dengan Fieldtrip Komunikasi 2011 yang ada di Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Dan disinilah saya berinisiatif untuk mendirikan organisasi yang sama yaitu dalam bidang jurnalistik,” ungkap Rambe.

Kemudian dari ide yang telah mendapat “lampu hijau” tersebut maka, Rambe mengumpulkan mahasiswa yang ingin bergabung dalam satu organisasi wadah jurnalistik, dimulai dari mahasiswa semester I hingga semester VII yang mana untuk saat ini memang hanya dikhususkan bagi para mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi karena Mahasiswa Ilmu Komunikasi ingin membuktikan bahwa sekalipun Ilmu Komunikasi ini jurusan baru tetapi bisa memberikan sesuatu yang luar biasa kepada Unpak.

Semula adalah Deny, Shandy dan Fahri, kedua mahasiswa ilmu komunikasi inilah yang mengusulkan nama Beranda dimana nama tersebut terinspirasi dari salah satu jejaring sosial yaitu Facebook. Dalam Beranda Facebook kita bisa melihat status seseorang disaat orang itu sedang dalam keadaan senang senang, sedih, kritis, galau, bahkan kejadian atau peristiwa serta foto bisa kita bagikan tujuannya adalah satu yaitu agar bisa dilihat atau dibaca oleh pengguna Facebook. Demikian halnya dengan Beranda yang akan memberikan banyak sisi kehidupan serta berbagai informasi yang terjadi di dalam maupun luar kampus dan sekitarnya.

Tak sia-sia ternyata banyak mahasiswa ilmu komunikasi yang berminat  bergabung untuk melahirkan majalah kampus. Kemudian dari situ dibentuklah tim redaksional dan para jurnalis lapangan. Merekapun mulai mencari bahan berita, dan sebelum penerbitan perdana mereka mengadakan konsultasi beserta koordinasi dengan Pak Andi, Manager Executive Harian Radar Bogor yang juga sekaligus dosen bidang ilmu jurnalistik di Unpak.

Rubrik majalah saat ini terdiri dari Profil, Berita Utama, Politik, Watch Going On, Life Style, Comment, Cerpen, dll. Edisi pertama ini pun memiliki 16 halaman + Cover.

Beranda Pers ini lahir bersamaan dengan Organisasi Shuter Shoot (Fotografi) dan Club Lobby Film (CLF) yang sama-sama lahir hari Sabtu tanggal 01 Oktober 2011. Dimana ketiga organisasi ini merupakan organisasi yang lahir dari inspirasi mahasiswa-mahasiswa Ilmu Komunikasi. Dengan harapan yaitu ilmu komunikasi memiliki media sebagai tempat mengaplikasikan ilmu yang di dapatkan dalam perkuliahan dan mahasiswa akan lebih berkreatif lagi dalam bidang jurnalistik.

Pesan :
“Jangan tanyakan apa yang diberikan Universitas Pakuan kepada kamu, tetapi tanyakanlah pada dirimu apa yang bisa kamu berikan kepada Universitas Pakuan.” (Ikbal Mustapa Rambe – Pemimpin Umum Beranda Pers)  (evy)

Senin, 10 Juni 2013

HIMNI UNPAK Gelar Workshop Jurnalistik Bersama MNC-TV

Bogor, Beranda Pers - Fakultas Sastra - Ilmu Komunikasi Universitas Pakuan (UNPAK) Bogor hari ini Kamis (15/12) menggelar acara workshop jurnalistik yang merupakan salah satu kegiatan dari rangkaian acara Maroon Day yang akan diselenggarakan selama tiga hari berturut-turut hingga Sabtu pekan. Maroon Day merupakan acara tahunan dari Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMNI) Unpak. Pembicara workshop jurnalistik tahun ini hadir Bapak Langlang Mandala dari MNCTV dan Bapak David Rizar Nugroho, M.Si selaku dosen ilmu komunikasi yang juga merangkap sebagai juru bicara Bupati Bogor dan Redaktur Pakuan Raya. Acara yang dibuka langsung oleh Rektorat Bapak H.Bibin Rubini ini dilangsungkan di gedung rektorat Unpak pukul 09.00 WIB.

Tema yang diambil pada workshop kali ini adalah “Journalism, Way of Life”  Jurnalis merupakan pilihan hidup. Kegiatan  bertujuan untuk memotivasi para mahasiswa agar tertarik dengan dunia jurnalistik. Sehingga, para mahasiswa memahami utuh tentang apa itu wartawan/jurnalis, cara dan  ruang lingkup  yang membatasi kerjanya. Dengan motivasi ini, diharapkan bakal timbul pemahaman yang benar  dan terpancing untuk menjadikan profesi kewartawan sebagai salah satu pilihan pekerjaan nantinya, yang mana jurnalis itu adalah sebuah pilihan hidup yang datang benar-benar dari dalam jiwa bukan karena keterpaksaan.

“Artinya, pelatihan atau lebih tepat dinamakan pembekalan sehari itu bukan menghasilkan barang atau produk jadi sesaat. Karena untuk benar-benar bisa menjadi seorang jurnalis atau wartawan profesional dibutuhkan beberapa tahapan proses. Mulai dari rekrutmen, magang, honor hingga finalnya menjadi karyawan organik. Butuh waktu untuk mematangkan diri dengan banyak pengalaman di lapangan,” ujar Pak Langlang Mandala.

Sementara itu, Bu Riska salah satu dosen bidang Ilmu Komunikasi mengungkapkan bahwa  pelatihan jurnalistik ini sangat positif dan bermanfaat. Setidaknya, pelatihan  bisa menambah wawasan pengetahuan tentang dunia pers  atau kewartawanan, sekaligus memberikan wacana tentang peluang/pilihan profesi bagi para mahasiswa. evy

Wajah Bangsa di Dunia Pendidikan Indonesia

Bagai pungguk merindukan bulan, itulah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan bagaimana wajah dunia pendidikan di Indonesia.
        Pendidikan memiliki tugas menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kelak bermanfaat membangun bangsa, Pendidikan adalah ukuran suatu bangsa, apakah bangsa itu maju atau mundur, sebab pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Bagi suatu bangsa pendidik harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan, sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Seperti sandang, pangan, dan papan, Namun, sangat memprihatinkan melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini. Berbagai masalahpun timbul, mulai dari sarana yang tidak memadai, biaya pendidikan yang masih cukup mahal akibatnya anak putus sekolah, pengajar yang kurang profesional dan kurikulum yang gonta-ganti akibatnya Kualitas pelajar yang masih kurang atau rendah, sampai kepribadian peserta didik yang jauh dari yang diharapkan, bahkan Undang-Undang Pendidikan yang perlu penyempurnaan dan perubahan ( tahun 2004 nama Kementerian Pendidikan saja yang mengurus dunia pendidikan, pada tahun 2012 dirubah menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ). termasuk kecilnya alokasi anggaran untuk pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.
           Wajah buruk pendidikan kita, Pertama, paradigma pendidikan nasional. Kedua, mahalnya biaya pendidikan. Diakui atau tidak sistem pendidikan yang berlaku saat ini adalah sistem pendidikan yang memisahkan peranan agama dari kehidupan. Hal ini dapat terlihat antara lain pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab ke VI tentang jalur jenjang dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi “Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, keagamaan, dan khusus. Adanya pembagian pendidikan umum dan keagamaan yang terdapat pada pasal tersebut memberikan gambaran bahwasanya pendidikan kita memang dikotomi. Pendikotomian pendidikan melalui kelembagaan dapat terlihat dari pendidikan agama terdapat pada madrasah-madrasah, institut agama, dan pesantren. Dan lembaga-lembaga tersebut dikelola oleh Departemen Agama. Sementara pendidikan umum melalui Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, Kejuruan, serta Perguruan Tinggi dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sistem pendidikan seperti ini tentu saja tidak akan melahirkan peserta didik ayang memiliki kemamapuan menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan teknologi sekaligus juga memiliki kepribadian berupa perilaku yang mulia. Padahal tujuan pendidikan nasional sendiri adalah untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Saat ini mungkin tidak sedikit dari output peserta didik kita yang berhasil menguasai sains dan teknologi melalui pendidikan umum, namun tidak sedikit diantara mereka yang kurang memiliki kepribadian yang mulia. saat ini ukuran kelulusan peserta didik hanya dinilai dari Ujian Nasional (UN) saja, artinya para peserta didik hanya ditujukan untuk menguasai materi saja tanpa nilai spiritualnya. Disisi lain, mereka yang belajar di pendidikan agama memang menguasai ilmu agama dan secara relatif memiliki kepribadian baik, tapi tidak sedikit diantara mereka yang buta terhadap perkembangan sains dan teknologi. Akhirnya, sektor-sektor modern seperti perdagangan, industri, jasa dan lain-lain diisi oleh orang yang relatif awam terhadap agama.
Oleh karenanya Penuntasan masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah ataupun tindakan yang berfisat menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikan anggaran saja akan tetapi kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pendidikan di Indonesia harus terus ditingkatkan. Diantaranya adalah Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan Tahun yang telah lama dicanangkan oleh pemerintah di daerah-daerah pinggiran yang tidak  memiliki sarana dan prasarana pendidikan sering ditemui terbengkalainya program wajib belajar Sembilan tahun tersebut mengakibatkan anak-anak didik banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar Sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang sangat signifikan termasuk singkronisasi antara pendidikan umum dan pendidikan agama maka akan sulit bagi bangsa Indonesia menuju Cita-cita bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.                       
            Idealnya dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah tiap anak bangsa bisa menikmati bangku sekolah minimal hingga tingkat SMA tanpa memandang status sosial karena hal ini merupakan salah satu hak mereka dalam bidang pendidikan yaitu belajar. Oleh karena itu, setidaknya setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam mengenyam bangku pendidikan tanpa harus terjadi sebuah ketidakadilan sosial. Namun, pada kenyataannya hal tersebut sulit untuk diterapkan. Bahkan sebuah kalimat “Pendidikan yang Berkualitas itu Mahal” bisa menjustifikasi masyarakat untuk lebih cenderung berfikir bahwa untuk mengenyam dunia pendidikan yang benar-benar memiliki kualitas itu mahal. Itulah sebab masyarakat lebih memilih untuk tidak bersekolah karena harus mengeluarkan biaya yang begitu mahal.
Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau bahkan lebih tepatnya lagi tidak harus murah atau gratis. Tetapi prsoalannya siapa yang seharusnya membayar semua ini? pasti kita akan menuding pemerintah-lah yang memiliki kewajiban atas semua persoalan ini untuk menjamin bahwa setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin lari dari tanggung jawab.
          Tak hanya itu, oleh dunia Internasional pun telah disepakati dan dideklarasikannya Hari Aksara Internasional yang jatuh pada setiap tanggal 8 September. Hal ini dimaksudkan untuk memberantas buta aksara di seluruh dunia hingga ke pelosok sekalipun. Tetapi untuk Indonesia sendiri apakah semua program pendidikan yang telah dicanangkan berjalan dengan mulus? Bahkan hal ini diindikasi tak pernah dijalankan sama sekali. Mulai dari program wajib belajar Sembilan tahun, program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), hingga perealisasian dana dari APBD untuk pendidikan sesuai amanat Peraturan Pemerintah No 48 tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007 serta UU Pendidikan yang mengatur alokasi dana pendidikan minimal 20 persen.
          Mulai dari tahun 1965 hingga tahun 2012 sekarang ini program pemberantasan buta aksara di Indonesia masih saja tak bisa dituntaskan padahal program ini sudah diadakan puluhan tahun lamanya. Pendidikan, baik formal maupun non formal memegang peranan penting dalam upaya pemberatasan buta aksara dengan memajukan taraf berpikir dan kebudayaan rakyat, dan negara bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pendidikan sebagai hak dasar bagi seluruh rakyatnya. Hal ini telah tertuang jelas dan tegas dalam pasal 13 Konvenan Internasional tentang Hak Sosial, Ekonomi, dan Budaya, demikian pula dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 dan pasal 49 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
          Persoalan demikian siapa yang jelas bersalah dan dimana letak semua persoalan ini lalu bagaimana jalan yang harus ditempuh untuk mengurangi atau menuntaskan kemacetan dalam dunia pendidikan yang sudah puluhan tahun terjadi ini?
Perkembangan dunia di era globalisasi sekarang ini banyak menuntuk perubahan lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus dilakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan Negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan terlebih dahulu terutama menjangkau dunia pendidikan di tempat yang tidak terjangkau karena, dengan meningkatkan kualitas pendidikan itu sama dengan sumber daya manusia yang terlahir nantinya akan mampu membungkus mutu yang baik hingga mampu membawa bangsa Indonesia bersaing dalam segala bidang di dunia Internasional.